Total Pageviews

Thursday, September 8, 2011


DIALOG IBLIS DENGAN RASULULLAH S.A.W


Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia mendatangi Rasulullah SAW untuk memberitahu segala rahasianya; tentang hal - hal yang disukai maupun dibencinya. Maksudnyanya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia. Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar menyuruh engkau menghadap Rasullullah SAW. Hendaklah engkau buka segala rahasia engkau dan apa-apa yang ditanyakan oleh Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, nescaya akan diputuskan semua bagian anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat keras." Demi mendengar kata Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai; panjangnya seperti ekor lembu. Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah SAW. Maka sembah Iblis (laknatullah), "Ya Rasulullah! Mengapa tuan tidak menjawab salam hamba? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?"

Maka jawab Nabi dengan marah,
"Hai Aduwullah seteru Allah! Kepada aku engkau menunjuk baikmu? Jangan engkau mencoba menipu aku sebagaimana engkau menipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil disebabkan hasutanmu, Nabi Ayub kau tiup dengan asap racun pada saat ia sedang sujud hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaimanmeninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Nabi dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja yan tidak aku jawab karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa maumu hingga menemui aku?"

Sembah Iblis,
"Ya Nabi Allah! Janganlah tuan marah. karena tuan adalah Khatamul Anbiya maka tuan dapat mengenali hamba. Kedatangan hamba adalah disuruh Allah untuk memberitahu segala tipu daya hamba terhadap umat tuan dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang tuan tanyakan akan hamba terangkan satu persatu dengan sebenarnya, tak satupun hamba berani menyembunyikannya."

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata,
"Ya Rasulullah! Sekiranya hamba berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badan hamba menjadi abu."
Setelah mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluang untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada sekalian umatku.

Pertanyaan Nabi (1): "Hai Iblis! Siapakah musuh engkau yang paling besar dan bagaimana aku terhadap engkau?"

Jawab Iblis: "Ya Nabi Allah! Tuanlah musuh hamba yang paling besar di antara segala musuh hamba di muka bumi ini."Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun mengeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun hamba dapat merupakan diri hamba seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara punsama seperti aslinya, kecuali hanya diri tuan yang tidak dapat hamba tiru karena dicegah oleh Allah. Seandainya hamba menyerupai diri tuan, maka terbakarlah diri hamba menjadi abu. Hamba cabut itikad anak Adam supaya menjadi kafir karena tuan berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam; begitu jugalah hamba berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Hamba akan tarik sekalian umat Islam dari jalan benar kepada jalan yang salah supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersama hamba."

Pertanyaan Nabi (2): "Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu terhadap makhluk Allah?"

Jawab Iblis: "Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang bukan pada tempatnya. Hamba goda segala manusia supaya meninggalkan sembahyang, suka dengan makan minum, berbuat durhaka, hamba lalaikan dengan harta benda seperti emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. Demikian juga ketika tamasya yang bercampur lelaki perempuan. Di situ hamba lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang rasa malu dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu hamba hulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau amal ibadat, hamba akan tahan mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras hamba goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan menyia -nyiakan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah hamba goda mereka setiap saat."

Pertanyaan Nabi (3): "Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah dan berpenat melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai kutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu ? Siapa yang memanjangkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?"

Jawab Iblis: "Semua itu adalah anugerah daripada Tuhan Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur menjadikan hamba menjadi sejahat - jahatnya. Tuan lebih tahu bahwa hamba telah beribu-ribu tahun menjadi ketua kepada seluruh Malaikat danpangkat hamba telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian hamba tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa lama. Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka hamba pun membantah. Lalu Allah menjadikan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan sekalian Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali hamba yang ingkar. Oleh itu Allah murka kepada hamba dan muka hamba yang cantik molek dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan hodoh. Hamba merasa sakit hati.Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah sekalian bidadari. Hamba bertambah dengki dan dendam kepada mereka. Akhirnya hamba berhasil menipu melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Kedua mereka berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak.Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun hamba masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya hamba lakukan hingga Hari Kiamat.Sebelum tuan lahir ke dunia, hamba serta bala tentera hamba dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian hamba turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain daripada apa yang sebenarnya hamba dapat ( dari berita langit ), dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan kacau balau. Tetapi pada saat tuan lahir ke dunia ini, maka hamba tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, karena banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika hamba berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentera hamba yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahan hamba dan tentera hamba untuk menjalankan tugas hasutan."

Pertanyaan Nabi (4): "Hai Iblis! Apakah yang pertama kali engkau tipu pada manusia?"

Jawab Iblis: "Pertama sekali hamba palingkan niatnya, imannya kepada kafir dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, hamba akan tarik dengan cara mengurangkan pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalan hamba"

Pertanyaan Nabi (5): "Hai Iblis! Jika umatku sembahyang karena Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis: "Sebesar-besar kesusahan kepada hamba. Gemetarlah badan hamba dan lemah tulang sendi hamba. Maka hamba kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sembahyang, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, senantiasa hendak cepat habis sholat, hilangkan khusyuknya - matanya senantiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud lama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sembahyang, itu semua membawa kepada kurang pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka hamba sendiri akan menghukum mereka seberat-beratnya."

Pertanyaan Nabi (6): "Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis: "Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuh hamba, putus-putus segala urat hamba lalu hamba lari daripadanya."

Pertanyaan Nabi (7): "Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis: "Binasalah diri hamba, gugurlah daging dan tulang hamba karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."

Pertanyaan Nabi (8): "Jika umatku berpuasa karena Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis: "Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepada hamba. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan sekalian Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa.Yang menghancurkan hati hamba ialah segala isi langit dan bumi; yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan keampunan orang yang berpuasa.Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga.Pada hari umat tuan mula berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnyamenangkap hamba dan tentara hamba; jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami."

"Setelah habis umat tuan berpuasa barulah hamba dilepaskan dengan amaran agar tidak mengganggu umat tuan. Umat tuan sendiri telah merasa ketenangan berpuasa seperti mana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan dengan bulan biasa."

Pertanyaan Nabi (9): "Hai Iblis! Bagaimana sekalian sahabatku kepada engkau?"

Jawab Iblis: "Sekalian sahabat tuan juga adalah seteru hamba yang paling besar. Tiada upaya hamba melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. karena tuan sendiri telah berkata ,"Sekalian sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikut mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk." Sayidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersama tuan, hamba tidak dapat hampir kepadanya, apalagi setelah berdamping dengan tuan. Beliau begitu percaya atas kebenaran tuan hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan tuan sendiri telah mengatakan jika ditimbang sekalian isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Apalagi dia telah menjadi mertua tuan karena tuan kawin dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafaz Hadis tuan. Sayidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani hamba pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan saksama. Jika hamba pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendi hamba karena sangat takut. Ini karena imannya sangat kuat apalagi tuan telah mengatakan,"JIKALAU ada Nabi sesudah aku maka Umar pasti menggantikan aku", karena dia adalah orang harapan tuan serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'. Sayidina Usman Al-Affan lagi hamba tidak bisa mendekati, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantu tuan sebanyak dua kali. karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga tuan mengatakan,"Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid."Sayidina Ali Abi Talib pun itu hamba sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat bersopan, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah budak pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada semua berhala. Digelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan tuan sendiri berkata,"Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantu tuan menjadikan hamba bertambah takut kepadanya."

Pertanyaan Nabi (10): "Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis: "Umat tuan itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibrail a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat. "Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan redha dengan kurniaan Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umat tuan seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka hamba pun sukacita lalu masuk ke dalam badannya, hamba putarkan hatinya ke lautan derhaka dan hamba tarik ke mana saja mengikut kehendak hamba. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat. Lalu hamba goda minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umat tuan terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta,berkelahi sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur."

Pertanyaan Nabi (11): "Siapa yang serupa denganmu?"

Jawab Iblis: "Orang yang meringankan syariat tuan hamba dan membenci orang belajar agama Islam."

Pertanyaan Nabi (12): "Siapa yang mencahayakan mukamu?"

Jawab Iblis: "Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji."

Pertanyaan Nabi (13): "Apakah rahasia engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis: "Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka hamba gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sedari."

Pertanyaan Nabi (14): "Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"

Jawab Iblis: "Jika umat tuan hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah hamba dari mereka. Jika tidak hamba akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benih hamba dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapanya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, hamba yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah rasa kenyang."

Pertanyaan Nabi (15): "Dengan jalan apa tipu dayamu bisa dilawan manusia?"

Jawab Iblis: "Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis kesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air sembahyang, maka padamlah marahnya."

Pertanyaan Nabi (16): "Siapakah orang yang paling engkau lebih suka?"

Jawab Iblis: "Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situ lah hamba mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."

Pertanyaan Nabi (17): "Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"

Jawab Iblis: "Orang yang tidur meniarap, orang yang matanya terjaga di waktu subuh tetapi menyambung tidur semula. Lalu hamba jadikan dia terlena hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu lohor, ashar, maghrib dan isya, hamba beratkan hatinya untuk solat."

Pertanyaan Nabi (18): "Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"

Jawab Iblis: "Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan solat tengah malam."

Pertanyaan Nabi (19): "Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis: "Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya"

Pertanyaan Nabi (20): "Apa lagi yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis: "Orang yang taat kepada kedua ibubapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakai mereka selama mereka hidup, karena tuan telah bersabda, "Syurga itu di bawah tapak kaki ibu "





BETAPA HEBATNYA KEBOHONGAN

Jangan remehkan kebohongan.
Kekuatannya mampu meruntuhkan sebuah negara.
Kekuatannya pula banyak dipakai oleh raja-raja untuk tetap berada di atas tahta.
Maka, adalah naif, jika anda berkata, berbohong hanya dilakukan oleh anak-anak yang tertangkap basah membolos sekolah.

Berbohong adalah kekuatan besar, karena untuk berbohong manusia harus berkekuatan besar pula.
Diperlukan kecerdasan tinggi untuk menyusun ribuan argumentasi.
Dibutuhkan kekerasan otot baja untukmengubah fakta dan data nyata.
Bahkan, manusia harus memicikkan hatinya agar sebuah kebohongan menampakkan wajah kebenaran.

Lihatlah, untuk sebuah kebohongan manusia harus mengerahkan waktu dan usaha yang terbaik pula!
Sedangkan untuk bersikap jujur, manusia hanya perlu berlaku apa adanya.
Karena itu, jangan terkejut bila banyak orang melihat kebohongan lebih menawan daripada cahaya kejujuran.
Di dalam belitan hawa nafsu, kejujuran nyaris tak pernah laku.

Monday, September 5, 2011

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN:

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Di Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren

(Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor)



Oleh: K.H.  Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.*





A. PENDAHULUAN

Lahirnya era reformasi telah membawa angin segar bagi peningkatan mutu pendidikan kita. Era ini menghadirkan perubahan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan; baik politik, moneter, ekonomi, pertahanan dan keamanan, maupun berbagai bidang lainnya yang termasuk di antaranya adalah bidang pendidikan. Perubahan pada bidang  terakhir ini ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang baru serta dengan lahirnya Undang-Undang  tentang Otonomi Daerah dan juga Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang berimplikasi pada perubahan di bidang kebijakan pendidikan.  Dalam semua Undang-Undang di atas dinyatakan bahwa pengelolaan pendidikan tidak lagi bersifat sentralistis, tetapi harus diarahkan pada desentralisasi yang menuntut partisipasi masyarakat secara aktif.  Partisipasi ini dimaksudkan  untuk memberdayakan masyarakat dan sekaligus memberikan keleluasaan kepada mereka dalam mengelola dan mengatur institusi pendidikan mereka dalam rangka mencapai keunggulan dan peningkatan mutu pendidikan secara umum. Peningkatan mutu pendidikan

 bukanlah persoalan yang sederhana; ia menyangkut efektivitas dan efisiensi seluruh proses penyelenggaraan pendidikan yang rumit dan kompleks. Salah satu faktor penting dan strategis yang patut memperoleh perhatian dalam rangka peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan efesiensi manajemen. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Balitbang Dikbud (1991) yang mendapati bahwa manajemen sekolah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi mutu pendidikan. Dengan demikian upaya perbaikan mutu pendidikan harus dimulai dengan pembenahan dan peningkatan manajemen pendidikan,  tentu saja di samping bidang-bidang lainnya. Dalam hal ini, para pakar pendidikan dan mereka yang peduli dengan dunia pendidikan, akhir-akhir ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan gagasan mengenai manajemen  pendidikan berbasis sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau

 School Based Management (SBM).



            Tulisan singkat ini akan mendeskripsikan tentang penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam lembaga pendidikan Islam berbentuk pesantren dengan rujukan khusus kepada pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor.   



B. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Manajemen mencakup segala kegiatan yang terkait dengan pengelolaan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini berarti bahwa manajemen itu merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari

 pengelolaan suatu proses secara keseluruhan. Sebab tanpa manajemen yang baik, tidak mungkin tujuan suatu organisasi dapat dicapai secara optimal, efektif, dan efisien. (mulyasa, 20) Walaupun demikian, harus tetap disadari bahwa manajemen itu bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri. Ia merupakan suatu cara, kiat, ataupun seni tentang bagaimana mengatur  dan mengelola sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Ini berarti bahwa seorang manajer harus benar-benar memahami tujuan yang hendak dicapainya. Sementara itu, tujuan suatu organisasi ataupun lembaga pendidikan adalah penjabaran secara lebih konkrit dan operasional dari misinya, sedangkan misi itu  sendiri erat kaitannya dengan dan dirumuskan berdasarkan  suatu visi yang merupakan pandangan atau keyakinan akan masa depan yang diinginkan, atau  ia dapat juga

 dikatakan sebagai pernyataan ide,  cita-cita, dan gambaran global masa depan.(sanaki, 138)  Demikian pula, rumusan mengenai suatu visi lazimnya dibangun berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Mengingat hal demikian, seorang manajer harus benar-benar memahami dan menghayati masalah-masalah mendasar yang tidak secara langsung berhubungan dengan manajemen ini, dan tentu saja masalah-masalah yang secara langsung terkait dengan manajemen itu sendiri.



            Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa dalam hubungannya dengan bidang pendidikan, manajemen pendidikan berarti segala usaha yang terkait dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan bersangkutan; baik tujuan itu berjangka pendek, berjangka menengah, maupun berjangka panjang. Dengan demikian manajemen pendidikan itu merupakan suatu bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pikiran ini dapat dimengerti, karena tanpa manajemen yang baik, tidak mungkin visi, misi, dan tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal, efektif, dan efisien. (mulyasa, 20) Manajemen pendidikan yang efektif adalah yang dijalankan oleh pihak yang benar-benar mengerti kondisi

 riil suatu lembaga pendidikan serta terlibat dalam penyelenggaraannya. Dalam kerangka inilah lahir kesadaran mengenai pentingnya manajemen berbasis sekolah (MBS). Dengan penerapan MBS, sekolah sebagai  penyelenggara pendidikan memperoleh kewenangan penuh (otonomi) untuk mengatur, merencanakan, mengorganisasi, memberdayakan, dan mengawasi seluruh sumber daya dan potensi pendidikan yang ada guna mewujudkan tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kewenangan sekolah dalam MBS ini juga mencakup kewenangan di bidang penggalian dan pengelolaan sumber dana berdasarkan prioritas kebutuhan sekolah. Pada prinsipnya, inti dari MBS itu adalah kewenangan yang bertumpu kepada sekolah, dan ini dipandang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi  guna menghasilkan pendidikan yang bermutu dan yang sesuai dengan kebutuhan bersama.



C. MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN



Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam berasrama, kyai sebagai sentral figurnya, dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di pesantren yang berlangsung 24 jam dalam lingkungan asrama semacam itu tentu saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual, moral-emosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik. Sebagai sebuah sistem pendidikan yang memiliki akar historis dalam tradisi dan budaya bangsa ini, pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.



            Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 1345/20 September 1926 oleh tiga bersaudara yang dikenal dengan sebutan “Trimurti”, mereka adalah K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani, dan K.H. Imam Zarkasyi. Saat ini Gontor dipimpin oleh generasi kedua yang terdiri dari K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., K.H. Hasan Abdullah Sahal,  dan K.H. Imam Badri. Ada dua jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh Gontor, yaitu jenjang menengah dengan nama Kulliyatu-l-Mu'allimin al-Islamiyah dan jenjang perguruan tinggi dengan nama Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Jumlah seluruh santri yang belajar di lembaga ini  hampir 14000 yang tersebar di pesantren induk dan di cabang-cabangnya;   4 kampus cabang putra dan 4 kampus cabang putri.







Pondok Gontor merupakan lembaga pendidikan yang mandiri dan bersatatus swasta penuh. Kenyataan ini tetap dipertahankan sejak masa awal berdirinya hingga kini dan seterusnya. Status ini membuat Pondok dapat mengatur dan menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dan pembelajaran secara bebas, tidak bergantung, dan tidak terikat oleh ikatan-ikatan birokratis, politis, sosial keagamaan, maupun ikatan-ikatan lainnya. Menjadi mandiri dan swasta sepenuhnya semacam demikian ternyata tidak mudah dan sederhana. Banyak tantangan dan persoalan berat dan bahkan pahit yang harus dihadapi untuk

 mempertahankan kemandirian ini, terutama pada masa-masa  pemerintahan yang sentralistik dan cenderung otoriter.  Tetapi, berkat kesabaran dan kesungguhan para pengelolanya dan berkat komunikasi positif yang terus menerus dibangun dengan berbagai pihak, tantangan dan persoalan-persoalan tersebut dapat diatasi.



Kemandirian merupakan salah satu jiwa pesantren yang

 dihayati dan diamalkan secara sungguh-sungguh dan konsisten dalam penyelenggaraan pendidikan di Gontor. Kemandirian ini diwujudkan dalam seluruh dimensi kehidupan Pondok; baik dalam hal kepemimpinan, kepengasuhan atau pembinaan santri, pembelajaran, pengkaderan, pendanaan, penyediaan sarana dan prasarana, maupun dalam pembinaan alumni.  Pola pengaturan dan pengelolaan lembaga pendidikan secara mandiri semacam ini tampaknya sejalan dengan paradigma baru dalam bidang pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada pihak sekolah dalam mengatur dan mengelola pendidikan; suatu konsep yang saat ini dikenal dengan sebutan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). 



Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai manajemen kepemimpinan, kepengasuhan, pembelajaran, pengkaderan, pendanaan, dan penyediaan sarana dan prasarana di Pondok Gontor.



1.  Manajemen Kepemimpinan

Kepemimpinan acap kali dimaknai sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perspektif manajemen kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memeringtah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien."(mulyasa, 107-8) Pemimpin merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi.  Pemimpin adalah pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena itu kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pemimpinnya. Pernyataan ini didukung oleh banyak hasil kajian yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan produktivitas dan efektivitas organisasi tersebut. Pandangan ini juga berlaku di dunia pesantren, di mana gaya kepemimpinan seorang kyai akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pesantren secara keseluruhan.



Secara umum, dalam tradisi pesantren, kyai adalah pengasuh, pemimpin, dan sekaligus pemilik pesantren. Hal ini berdampak kepada pola kepemimpinan di pesantren yang semuanya berpusat pada kyai. Segalanya berada di tangan kyai. Sehingga ada yang menyebut pesantren itu mirip sebuah ‘dinasti’ atau sebuah ‘kerajaan kecil’; ketika kyai meninggal, seluruh aset pesantren termasuk kepemimpinannya diwarisi oleh keturunannya. Setelah mewarisi ‘tahta’, anak kyai itu menggantikan ayahnya menjadi pemegang kekuasaan dan kewenangan tunggal di lingkungan pesantren tersebut; dia menjadi tumpuan segala persoalan di pesantren.



      Ada dua hal yang dapat dicatat dari pola kepemimpinan ini, yaitu 1) hanya anak kyai yang berhak mewarisi kepemimpinan di pesantren, dan 2) pesantren dijalankan dengan kepemimpinan tunggal. 



Persoalan yang sering timbul berkaitan dengan poin pertama dari pola kepemimpinan ini adalah  ketidaksiapan anak kyai untuk mewarisi kepemimpinan ayahnya. Sehingga jika kyai pesantren itu wafat, kelangsungan hidup pesantrennya tidak lagi dapat dipertahankan.



Sedangkan persoalan yang akan dihadapi oleh poin kedua dari kepemimpinan tunggal ini adalah ketika pesantren itu menjadi besar, jumlah santri bertambah menjadi ratusan dan bahkan ribuan, maka persoalan-persoalan yang akan timbul juga semakin banyak dengan tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Sehingga seorang pemimpin tunggal diragukan akan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut secara meyakinkan.



Dari sini lahir pandangan agar kepemimpinan pesantren pada masa depan tidak lagi bersifat dinasti dan individual. Penetapan seorang pemimpin pesantren hendaknya lebih ditentukan oleh faktor kelayakan ketimbang keturunan. Sehingga seorang anak kyai tidak otomatis akan menjadi pemimpin pesantren, kecuali jika ia memenuhi standar kelayakan untuk menjadi pemimpin pesantren tersebut.  Demikian pula, untuk kasus pesantren-pesantren besar yang memiliki ratusan dan ribuan santri, pola kepemimpinan individu tidak lagi dapat berjalan efektif. Karena itu perlu diterapkan pola kepemimpinan kolektif untuk menjamin efektifitas dan efisiensi pendidikan dalam pesantren tersebut. Dengan kepemimpinan kolektif ini, tugas-tugas dan persoalan-persoalan di pesantren dapat didelegasikan kepada pihak-pihak (lembaga/bagian/departemen/ personil) yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing.



Di lingkungan Pondok Gontor, kepemimpinan pondok dijalankan secara kolektif oleh tiga orang yang ditunjuk oleh Badan Wakaf  dengan masa jabatan 5 tahun. Para pemimpin ini ditunjuk oleh Badan Wakaf melalui suatu sidang khusus berdasarkan standar kelayakan tertentu yang telah ditetapkan. Karena itu paska kepemimpinan para pendirinya, salah seorang dari tiga pemimpinan di Pondok Gontor  pernah diisi oleh 2 orang yang tidak berasal dari keturunan pendiri, yaitu K.H. Shoiman Lukmanul Hakim (1985-1999) dan K.H. Imam Badri (1999-sekarang). Mereka itu adalah santri-santri Gontor masa awal yang kemudian menjadi guru dan mengabdi untuk Pondok. 



Untuk memastikan kinerja yang efektif, ketiga pemimpin Pondok selalu melakukan koordinasi dan komunikasi; baik ke dalam antarmereka sendiri, maupun ke luar kepada para penanggungjawab kegiatan-kegiatan Pondok serta kepada pihak-pihak terkait lainnya di luar Pondok. Koordinasi dan komunikasi itu dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, formal maupun informal. Untuk menghasilkan keputusan yang tepat, pimpinan membentuk tim khusus (di Gontor dikenal dengan sebutan "eselon 1") yang memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan suatu keputusan atau kebijakan.







Konseptor + pelaksana/////////////////////////







Dalam menjalankan tugasnya sebagai mandataris Badan Wakaf, Pimpinan Pondok Modern Gontor dibantu oleh lima lembaga di bawahnya, yaitu:



a.      Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) yang membidani pendidikan dan pengajaran di jenjang pendidikan menengah.



b.     Institut Studi Islam Darussalam (ISID) yang menangani pendidikan dan pengajaran  di tingkat perguruan tinggi.



c.       Pengasuhan Santri yang menangani kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat ekstrakurikuler.



d.     Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf  Pondok Modern (YPPWPM) yang menangani harta kekayaan yang dimiliki oleh Pondok.



e.      Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) yang merupakan wadah bagi alumni Pondok Gontor.



Di samping kelima lembaga di atas, terdapat empat lagi lembaga yang bertanggungjawab langsung kepada Pimpinan, yaitu:



a.      Koperasi Pondok Pesantren La Tansa (Kopontren La Tansa) yang menangani unit-unit usaha yang dimiliki Pondok.



b.      Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat (PLMPM) yang bergerak di bidang kemasyarakatan.



c.       Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan untuk santri dan masyarakat.



d.     Bagian Pembangunan yang menangani penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Pondok.





2. Manajemen Kepengasuhan



Kepengasuhan merupakan bidang yang menangani pembinaan santri di luar jam belajar formal. Pembinaan ini lebih ditekankan pada dimensi kecakapan emosional yang mencakup sikap mental dan kepribadian dan kecakapan spiritual yang meliputi ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan pada umumnya. Pembinaan bidang moral dan keruhanian memperoleh perhatian sangat besar dalam sistem pendidikan pesantren, dan ini merupakan kekhasan dari sistem pendidikan pesantren yang membedakannya dari sistem pendidikan lainnya.



            Struktur keorganisasian pengasuhan di Gontor terdiri dari Pengasuh yang secara langsung ditangani oleh Pimpinan Pondok, dibantu oleh staf pengasuhan yang terdiri dari guru-guru KMI dan dosen-dosen ISID masing-masing untuk pengasuhan di tingkat jenjang sekolah menengah dan pengasuhan santri di tingkat perguruan tinggi. Pengasuhan ini membawahi seluruh organisasi santri pada setiap tingkatan sebagai missal antara lain Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM, semacam OSIS), organisasi kepramukaan, organisasi asrama, organisasi kedaerahan, organisasi kursus-kursus dan klub-klub keilmuan, ketrampilan, kesenian, olahraga, dll. Manajemen kepengasuhan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan seluruh kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler santri.





Pembinaan kecerdasan spiritual ini dilakukan dengan berbagai  kegiatan dan gerakan antara lain:

a)     Jamaah lima waktu secara disiplin dan

 terkontrol

b)     Salat nawafil

c)      Puasa sunnah

d)    Membaca, menghapal, dan tadabbur al-Qur’an

e)     Peringatan hari besar keagamaan

f)       Ceramah-ceramah agama

g)     Majlis-majlis dzikir





Pengembangan kecerdasan emosional ini dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang lebih bersifat ekstrakurikuler, antara lain:

h)     Berorganisasi

i)       Kepramukaan

j)       Ketrampilan

k)     Kesenian

l)       Olahraga

m)  Kewiraswastaan

n)     Pelatihan-pelatihan

2.  MANAJEMEN KURIKULUM



Kurikulum dalam tulisan ini dimaksudkan seluruh kegiatan yang dilaksanan oleh pesantren dalam tempo 24 jam. Hal ini mengingat bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh pesantren dalam waktu 24 jam itu dirancang (atau seharusnya dirancang) untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sehingga segala yang dilihat, didengar, dikerjakan, dialami, dan dirasakan oleh santri adalah untuk pendidikan. Sebab pesantren itu sendiri adalah sebuah lingkungan yang sengaja diciptakan untuk mendidik.



      Kurikulum pesantren ini dapat dibagi menjadi intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pembagian ini dilakukan hanya untuk memudahkan pembahasan, sebab dalam tradisi pesantren tidaklah mudah membedakan antara keduanya; meskipun keduanya kadang-kadang bisa dibedakan tetapi  tidak dapat dipisahkan bahkan terkadang antara keduanya terdapat jalinan yang sangat erat.



a.      Kegiatan Intrakurikuler



Untuk mendapat hasil yang maksimal, kegiatan ini perlu ditangani oleh suatu badan atau bagian   khusus yang membidangi bidang akademik ini. Di lingkungan Pondok Gontor, bidang ini ditangani oleh lembaga yang disebut Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI). Lembaga ini dipimpin oleh seorang direktur dan wakil direktur yang bertanggungjawab kepada Pimpinan Pondok dan membawahi beberapa departemen sebagai kelengkapan organisasi yang memperlancar program-program yang dicanangkannya.



b.     Kegiatan Ekstrakurikuler



Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri yang langsung dipimpin oleh dua orang dari Pimpinan Pondok. Dalam menjalankan tugasnya kedua orang pimpinan tersebut dibantu oleh para staf yang terdiri dari para guru. Lembaga pengasuhan santri ini membawahi organisasi santri: Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) yang membawahi 21 bagian serta 16 organisasi asrama dan 78 organisasi daerah,  dan Gerakan Pramuka yang membawahi 9 andalan; keduanya merupakan organisasi di lingkungan santri-siswa. Sedangkan dilingkungan santri-mahasiswa terdapat  Dewan Mahasiswa (DEMA) yang membawahi 7 departemen.















3.  MANAJEMEN KEUANGAN/PENDANAAN



Pendanaan merupakan salah satu unsur penting bagi berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran di pesantren. Sebagaimana diketahui pesantren adalah amanat umat, karena itu pengelolaan dana di pesantren harus dilakukan dengan sikap penuh amanah dan bertanggungjawab. Persoalan manajemen pendanaan ini sekurangnya meliputi anggaran pendapatan dan anggaran belanja serta pembukuannya.



a.  Anggaran Pendapatan



Untuk menjaga kelangsungan program pendidikannya dan agar dapat merancang programnya dengan baik, pesantren perlu menetapkan anggaran pendapatannya. Pendapatan pesantren dapat diperoleh antara lain dari: iuran santri, wakaf, zakat  infak dan sedekah, bantuan dari pemerintah maupun lembaga swasta yang tidak mengikat, dan usaha-usaha lain yang halal. 



            Untuk menopang kemandirian yang merupakan salah satu ciri utama pesantren, lembaga ini perlu memiliki sumber dana sendiri yang dikelola secara produktif. Misalnya adalah dengan membuka usaha-usaha mandiri di berbagai bidang, antara lain: penerbitan dan percetakan, pertokoan, perkebunan, pertanian, peternakan, jasa, dll. Dengan usaha-usaha mandiri ini Pondok tidak akan bergantung kepada pihak lain serta kelangsungan hidupnya lebih terjamin.



b.  Anggaran Belanja



Dengan perencanaan aggaran pendapatan yang cermat, pesantren dapat merancang anggaran belanja secara lebih matang untuk  memperlancar proses pendidikan dan pengajarannya.



c.  Pembukuan Keuangan



Pembukuan sirkulasi keuangan perlu dilakukan secara lebih rapi, tertib, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.



            Agar pelaksanaan pembukuan ini dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, berkenaan dengan pihak yang terkait dengan pembukuan ini, di samping ia dipegang oleh orang yang mengerti dan bertanggungjawab, perlu dipertimbangkan bahwa para penanggungjawab dalam bidang keuangan ini bukan berasal dari keluarga pendiri atau keluarga jajaran para pemimpin pengambil kebijakan utama di lingkungan pesantren. Hal ini untuk menghilangkan sikap pakewuh dalam mengambil tindakan jika suatu saat yang bersangkutan itu melakukan kesalahan dan pelanggaran.